Hikmah Idul Adha

Idul Adha atau yang lebih dikenal dengan istilah Hari Raya Qurban merupakan salah satu hari raya yang begitu akbar dirayakan oleh seluruh umat Islam baik di bumi Nusantara maupun di belahan dunia lainnya. Dikumandangkannya Takbir, Tahlil dan Tahmid sejak 10 Dzulhijjah sampai 13 Dzulhijjah yang merupakan hari Tasyriq, menandakan, Idul Adha memiliki nuansa dan getaran Tauhidiyah yang sendiri.

Idul Adha atau yang lebih dikenal dengan istilah Hari Raya Qurban merupakan salah satu hari raya yang begitu akbar dirayakan oleh seluruh umat Islam baik di bumi Nusantara maupun di belahan dunia lainnya. Dikumandangkannya Takbir, Tahlil dan Tahmid sejak 10 Dzulhijjah sampai 13 Dzulhijjah yang merupakan hari Tasyriq, menandakan, Idul Adha memiliki nuansa dan getaran Tauhidiyah yang sendiri.

Perayaan Idul Adha yang ditandai dengan penyembelihan hewan qurban pada hakikatnya membawa pikiran, hati dan keimanan kita larut kepada satu peristiwa besar yang terjadi puluhan abad yang silam. Kisah yang begitu mengharukan dari seorang hamba Allah yang taat yaitu Nabi Ibrahim AS dan putranya Ismail yang begitu sabar dan patuh pada perintah Sang Khalik, Allah SWT, yang untaian kisahnya begitu indah dilukiskan dalam Al Quran surah Ash-Shafat ayat 102-105 yang artinya ‘Maka ketika anak itu sampai pada umur dewasa yakni sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, ‘Wahai anakku yang kusayang, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah, bagaimana pendapatmu. ‘Dia (Isma’il) menjawab,’Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu; Insya Allah engkau akan mendapatkanku termasuk orang yang bersabar. ‘Maka setelah keduanya bertekad bulat dalam berserah diri (kepada Allah) dan dibaringkan pipi (Isma’il) di atas tanah. Kemudian kami berseru kepadanya, ‘Hai Ibrahim, engkau telah benar-benar melaksakan perintahKu dalam mimpi itu. Demikianlah sesungguhnya Kami membalas orang-orang yang berlaku baik. ‘

Pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan putranya Isma’il AS digambarkan Allah SWT sebagai ujian keimanan yang nyata sebagai mana Firman-Nya dalam surah Ash-Shafat ayat 106 yang artinya, ‘Sesungguhnya ini merupakan uji coba yang nyata.’Dan dalam lanjutan kisah penyembelihan ini Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang menggantikan Nabi Ismail dengan sembelihan dari syurga yakni seekor kibas yang besar yang dahulu dikorbankan oleh Habil, putra Nabi Adam AS sebagaimana Firman Allah dalam surah Ash-Shafat 107 yang artinya,’Kami tebus anaknya itu dengan sembelihan besar (seekor domba/kibas).’

Ketaatan Nabi Ibrahim AS dalam menjunjung tinggi perintah Allah dan keikhlasan serta kesabaran Nabi Ismail mengundang kekaguman para malaikat yang menyerukan kalimat Takbir, ‘Allahu Akbar Allahu Akbar’, yang disambut Nabi Ibrahim dengan kalimat Tahlil, Laailaha Illallahu Allahu Akbar, yang diikuti pula oleh Nabi Ismail dengan ucapan Tahmid, ‘Allahu Akbar WalillahIlhamd ‘yang hingga saat ini, rangkaian kalimat yang mulia ini menghiasi ratusan juta bibir umat Islam saat merayakan Idul Adha. Rangkaian kisah keluarga taat yang Allah Abadikan dalam Al Quran nul karim tentunya mengandung banyak hikmah dan pelayaran yang sangat berharga bagi seluruh ummat manusia. Ibnu Katsir, salah seorang ulama Tafsir terkemuka menyatakan apabila Allah SWT mengabadikan satu kisah dalam Al Quran, maka sesungguhnya kisah ini amat bernilai tinggi dan berisikan pelajaran yang sangat berharga bagi manusia.

Adapun beberapa hikmah yang dapat kita petik dari peristiwa Idul Qurban antara lain adalah:

Yang pertama, hanya kepada Allah SWT segenap cinta kita curahkan karena Rahmat dan Nikmat-Nya kita terima setiap waktu dan saat yang tiada terhitung banyaknya sekalipun kita gunakan air laut sebagai tintanya dan seluruh rantai pepohonan sebagai penanya; Maka niscaya akan keringlah seluruh lautan dan habislah semua pepohonan sementara nikmat Allah masih banyak yang belum kita tuliskan. Cinta kepada Allah akan berimplikasi pada keikhlasan dan kepatuhan kita dalam menjunjung tinggi perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya.

Yang Kedua, Hanya kepada Allah kita persembahkan segala puji sekali pun pada kenyataannya banyak manusia yang suka dipuji bahkan tidak jarang minta dipuji; karena kepada hakekatnya hanya Allah Yang Maha Suci Lagi Maha Tinggi. Bukankah kita senantiasa melafazkan ayat Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin Yang artinya segala puji hanya milik Allah Tuhan seluruh sekalian alam?

Yang ketiga, hanya kepada Allah SWT kita berserah diri amal ibadah yang kita dirikan siang dan malam, Dzikir yang kita lafadzkan pagi dan petang yang didasari dengan niat ikhlas tanpa mengharapkan pujian dari makhlukNya, pada akhirnya akan kita persembahkan kepada Allah sebagai wujud pengabdian hamba kepada Rab-Nya. Bukankah setiap hari kita berikrar dalam doa Iftitah pada shalat yang kita dirikan bahwa ‘Sesungguhnya shalatku dan semua ibadahku, dan hidupku dan matiku hanyalah buat Allah Tuhan Seluruh sekalian alam.’Karenanya perayaan Idul Adha sudah kita jadikan momentum untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT menjunjung tinggi segala perintahnya, menjauhi semua larangan-Nya, senantiasa berserah diri pada-Nya dan mengharap ampunan serta Ridha-Nya, Wallahu a’lam bisshawab.

Ditulis dalam Islam. 1 Comment »

Satu Tanggapan to “Hikmah Idul Adha”

  1. dir88gun Says:

    Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    Saudaraku di seluruh penjuru dunia maya,
    Tanpa terasa, untuk sekali lagi, Idul Adha telah berlalu dari hadapan kita.
    Idul Adha…
    Simbol pengorbanan ikhlas dari seseorang untuk sesuatu yang dicintainya.
    Gema perjuangan baru setelah kita menjalani simulasi perjuangan di bulan Ramadhan.
    Sebuah momentum awal, untuk kesekian kalinya, guna mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta.

    Sekarang, mari kita renungkan sejenak,
    Sudahkah kita mengorbankan ego diri kita untuk memperbaiki keadaan umat?
    Sudahkah kita mengorbankan kepentingan dunia kita untuk memenuhi kebutuhan akhirat?
    Sudahkah kita mengorbankan kehidupan maksiat kita untuk kembali memperjuangkan syariat?
    Sudahkah kita mengorbankan sebagian rizqi yang telah diberikan kepada kita untuk bersyukur atas segala nikmat?

    Ingat saudaraku,
    maut dapat menjemput kita dimanapun dan kapanpun,
    seperti kita lihat telah dialami oleh hewan-hewan ternak ketika Idul Adha.
    Untuk itu, apabila kita belum mewujudkan rasa syukur kita,
    MARI KITA “BERKURBAN” SESUAI DENGAN KEMAMPUAN KITA SEKARANG JUGA!

    Ketahuilah saudaraku,
    The man who seeks the world
    will get nothing except fading shadows.
    But…
    The man who walks the path of heaven
    will rule over everything.
    yang intinya, gunakanlah duniamu untuk akhiratmu!

    Selamat hari raya Idul adha.
    Semoga Allah memberikan keikhlasan dan kekuatan kepada kita untuk berkurban.
    Dan semoga setiap pengorbanan yang kita lakukan dibalas dengan sebaik-baiknya.

    Mohon maaf jika ada perkataan yang salah atau kurang berkenan.
    Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya, jazakallah.

    Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    http://eramuslim.com/nasihat-ulama/ustadz-fathuddin-ja-far-meneladani-konsep-pembangunan-nabi-ibrahim.htm
    http://hizbut-tahrir.or.id/2009/11/24/tunduk-dan-berkorban-demi-tegaknya-syariah-dan-khilafah/
    http://muslim.or.id/

    _____________________________________
    INDONESIA GO KHILAFAH 2010
    “Begin the Revolution with Basmallah”


Tinggalkan komentar